Umat Islam disaat 10 November 1945

Posted by Noer Rachman Hamidi on Sunday, November 13, 2016


Tiga hari yang lalu kita memperingati Hari Pahlawan, 10 November. Momentum peringatan ini adalah Perang Surabaya yang luar biasa. Peristiwa Jembatan Merah yang dicatat oleh sejarah sebagai medan pertempuran dahsyat.

Dalam perang ini, tewas salah seorang jenderal sekutu, Jenderal Mallaby. Sebenarnya, Mallaby tidak tewas tepat pada tanggal 10 November. Mallaby tewas sebelumnya, ketika situasi memanas dan nyaris sampai puncaknya. Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945.

Tak banyak di dunia ini, pertempuran dan peperangan yang menewaskan seorang jenderal, pimpinan pasukan. Mallaby memimpin divisi Pasukan Allied Forced Netherland East Indie atau AFNEI. Pasukan sekutu yang dikirim ke Indonesia untuk melucuti Jepang yang sudah menyerah kalah pasca Bom Nagasaki dan Hiroshima. Jenderal Mallaby memimpin kurang lebih 6.000 pasukan yang mendarat di Surabaya.

Mallaby dan pasukannya mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Melakukan konsolidasi untuk menguasai Surabaya. Pada tanggal 30 November, dengan mengendarai mobil Buick dia melintasi Jembatan Merah. Pejuang-pejuang Indonesia, pemuda-pemuda Surabaya, Banteng-banteng perjuangan mencegat mobil tersebut, melempar ke dalam granat tangan, meledakkan Mallaby yang ada di dalamnya, hingga tewas dan tak dapat dikenali. Mallaby hanya menginjakkan kaki selama lima hari di Bumi Pertiwi.

Sekutu murka besar dengan kematian Mallaby, penggantnya, Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum, 9 November 1945, seluruh pejuang tanah air, harus menyerahkan senjatanya dan ditembak ditempat. Dan pecahlah perang besar 10 November 1945.

Bung Tomo maju ke depan setelah berkonsultasi dengan para ulama dan kiai. Bung Tomo hanya diberi bekal satu kalimat. Gerakkan para pejuang dengan kalimat Allahu Akbar.

Maka Bung Tomo menggerakkan banteng-banteng Surabaya untuk maju mengangkat senjata. Para mujahid-mujahid Surabaya bergerak melawan sesengit mungkin, sekeras yang mereka bisa. Surabaya menjadi lautan api.

Dan kita mengetahui akhirnya ceritanya. Sekutu kalah dan pergi. Surabaya menjadi bagian penting dari kemerdekaan Indonesia. Pejuang dan ulama menjadi kaki dan tangan yang membebaskan dan memerdekakan Indonesia. Dan kalimat ALLAHU AKBAR, menjadi darah dan nyawa yang menggerakkan perjuangan.

Maka hari ini kita perlu mengingat. Indonesia, negeri ini dimerdekakan oleh Islam dan kaum Muslimin. Tanpa mengecilkan peran dan kerja pihak yang lain. Tapi pemegang saham perjuangan ini dimiliki oleh umat Islam Indonesia.

Maka hari ini kita tidak boleh lupa. Kalimat Allahu Akbar adalah kalimat yang menggerakkan para pejuang membebaskan negeri ini dari penjahat penjajah. Dan kalimat ini tidak akan pernah surut, apalagi hilang. Kalimat ini akan menjaga Indonesia. Kalimat ini akan senantiasa bergema dan digemakan oleh para pejuang, untuk menjaga dan memerdekakan indonesia. baik dulu, atau pun sekarang. Allahu Akbar!

Video Umat Islam disaat 10 November 1945

Description: Umat Islam disaat 10 November 1945
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Umat Islam disaat 10 November 1945
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Umat Islam disaat 10 November 1945 ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : https://www.nrachman.net/2016/11/umat-islam-disaat-10-november-1945-411-bela-islam-bangkit.html

Bookmark and Share

Grafik Harga Dinar terhadap Rupiah