Bagian dari keimanan kita adalah Allah menjamin kecukupan rezeki kita karena Dia-lah Sang Maha pemberi rezeki itu. Bagian dari janji Allah atas rezeki kita itu, ditakdirkanNya pula sekian banyak manusia dengan posisi atau tugasnya masing-masing.
Ada yang berada di kebun menanam teh, ada yang di pasar melakukan jual beli teh, ada pekerjaan kita yang memungkinkan kita bisa membeli teh tersebut dan seterusnya.
Tetapi ketika teh sudah berdampingan dengan gulanya di depan mata kita sekalipun, teh dan gula tidak bercampur dengan sendirinya. Perlu amal berupa gerakan tangan kita untuk mengaduknya, dari situlah kemudian teh yang kita minum menjadi manis.
Ketika teh sudah tersaji di depan mata berdampingan dengan gulanya sekalipun, tidaklah cukup dengan iman dan do’a kita untuk menjadikan gula tersebut bergerak sendiri masuk ke gelas teh dan mengaduk dirinya sendiri. Perlu gerakan tangan kita untuk mengaduknya.
Itulah sebabnya mengapa yang dijanjikan oleh Allah kehidupan yang baik (QS 16:97), dan yang dijanjikan akan memimpin dunia (QS 24:55) – juga orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Amal saleh inilah yang menjadi sarana untuk mendaratkan rezeki melimpah yang komponen dasarnya sudah dihantarkan oleh Allah sampai di depan mata kita.
Sama dengan ketika tangan kita tidak mengaduk gula dalam teh tersebut – teh tidak menjadi manis – demikian pula ketika kita tidak mengolah unsur-unsur dasar dari rezeki yang ditaburkan Allah di sekeliling kita, rezeki tidak mendarat dengan sendirinya ke genggaman tangan kita.
Allah bentangkan tanahnya yang subur di bumi kita, dicurahkan hujannya yang lebat dan dipancarkan sinar mataharinya yang melimpah – tetapi biji-bijian bahan pangan utama kita tidak tumbuh dengan sendirinya, perlu tangan kita untuk bergerak minimal memilih benihnya yang baik, menebarkannya, dan baru kemudian memetik hasilnya pada waktu yang sesuai.
Demikian pula dengan buah-buahan, kurma, anggur, apel, jeruk dan berbagai buah-buahan lainnya tidak ujug-ujug tumbuh di tanah kita. Perlu ada yang belajar membibitkannya, menanamnya, merawatnya dst . hingga pohon-pohon itu berbuah sekian tahun kemudian.
Lho, tanpa kita menanam bukankah sudah ada orang lain yang menanamnya ? sehingga tinggal kita menikmatinya saja ? Bisa saja demikian. Tetapi ketika kita membiarkan orang lain yang melakukan itu semua, itu menjadi amal saleh orang lain tersebut.
Ketika semua-semua yang melakukan mereka, semua amal saleh diborong oleh orang lain dan kita tinggal menikmatinya – maka sejalan dengan ayat-ayatNya tersebut di atas – yang memimpin dunia saat ini juga orang lain, bukan kita ! kemudian kita berteriak-teriak tidak mau dimpimpin mereka, padahal kita juga yang tidak melaksanakan tugas untuk beramal saleh ini.
Sama dengan teh dan gula tersebut di atas, kalau yang mengaduknya kita sendiri – kita bisa mengira-ngira, semanis apa minuman teh yang kita kehendaki. Ketika kita membiarkan orang lain yang mencampur dan mengaduknya, kadang terlalu manis yang membahayakan kesehatan kita, kadang terlalu pahit yang tidak enak diminum. Maka kinilah saatnya kita yang mencampur dan mengaduk gula ke dalam teh kita sendiri ! InsyaAllah kita pasti bisa, lha wong tinggal mencampur dan mengaduk-aduknya. InsyaAllah. Description: Iman, Doa dan Amal Saleh
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Iman, Doa dan Amal Saleh