Al-Quran menyebut ulama' (para sarjana, ilmuwan, intelektual, cendekiawan) dengan istilah lain sebagai ulu al-albab (orang-orang yang berakal). Al-Quran menyebutnya dalam 16 ayat (QS al-Baqarah: 179, 197 dan 269; Ali Imran: 7 dan 190; al-Maidah: 100; Yusuf: 111; ar-Ra'd: 19; Ibrahim: 52; Shad: 29 dan 43; az-Zumar: 9, 18, dan 21; Ghafir: 53; dan ath-Thalaq: 10).
Menurut Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal al-Qur'an, juz 2, hlm. 32, ketika menafsirkan Surah Ali Imran, ayat 190-191, manusia ulul albab selalu tafakkur (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi, tadabbur (merenungkan terjadinya silih bergantinya siang dan malam, belajar dari kitab al-kawn al-maftuh (buku alam terbuka).
Fitrah mereka menyambut kebenaran yang terkandung di dalamnya, selalu tawajjuh (menghadap) kepada Allah dengan shalat penuh khusyu. Lebih dari itu, manusia ulul albab tidak sekedar tafakkur, tadabbur, dan tawajjuh kepada Allah dengan khusyu, tapi mereka melanjutkan dengan al-'amal al-ijabi (karya positif) yang timbul dari proses belajar itu. Itulah karya yang dikategorikan sebagai ibadah seperti halnya ibadah dalam tafakkur, tadabbur, dan tawajjuh.
Bahkan karya tersebut dikategorikan sebagai al-tsamrah al-waqi'iyyah (hasil nyata) dari ibadah itu yang diterima oleh semua tanpa membedakan jenis kelamin, laki-laki perempuan, suku dan bangsa. Semua sama dalam kemanusiaan dan sama dalam timbangan.
Manusia ulul albab adalah para ulama yang diberikan kelebihan oleh Allah berupa al-hikmah (kebijaksanaan dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasai). Allah berfirman: "Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan ulul albâb." (QS al-Baqarah: 269). Mereka adalah manusia yang memadukan kekuatan taqwa dan ilmu pengetahuan (QS al-Baqarah: 179 dan 197).
Manusia ulul albab adalah mereka yang mampu mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia, baik dan buruknya. Allah berfirman: "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi ulul albab. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS Yusuf: 111).
Manusia ulul albab bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, meyakini luasnya ilmu Allah, dan mereka berusaha keras mengambil pelajaran dari setiap ilmu yang dikuasai guna kebaikan lingkungannya. (QS Ali Imran: 7).
Semua kejadian yang disaksikan, lalu dipelajari, dan dipikirkan (tafakkur) untuk mendapatkan ilmu baru. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulul albab." (QS Ali Imran: 190).
Manusia ulul albab selalu memiliki kesadaran (dzikr) kepada Allah dalam kondisi apapun; ketika berdiri, duduk, berbaring, atau dalam kondisi apapun lalu tafakkur (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi. "Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'" (QS Ali Imran: 191).
Mereka selalu beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, takut kepada siksa akhirat dan selalu mengharapkan rahmah Allah. "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya ulul albab yang dapat menerima pelajaran." (QS az-Zumar: 9).
Tafakkur adalah memikirkan ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi, mempelajari sunnah Allah (hukum-hukum Allah) yang terdapat pada alam, sehingga menghasilkan science (ilmu pengetahuan).
Dzikr adalah upaya tadabbur (merenung) dalam rangka memanfaatkan science (ilmu pengetahuan) agar sejalan dengan al-shirath al-mustaqim (jalan lurus) yang dikehendaki Allah. Maka tercipta teknologi ramah lingkungan menuju kemajuan peradaban umat manusia, bukan teknologi destruktif yang menghancurkan.
Manusia ulul albab selalu takut kepada Allah, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil, meski keburukan dan kebatilan itu sangat menggiurkan. (QS al-Maidah: 100).
Mereka berani menentang thaghut (para pemimpin tiran) dan tidak takut kepada siapa pun. Mereka hanya takut kepada Allah. Mereka mau mendengarkan berbagai perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. (QS az-Zumar: 17-18).
Manusia ulul albab adalah orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, mempererat silaturahim, takut kepada Allah, sabar, dalam mendapatkan ridha Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan rezeki Allah secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan. (QS ar-Ra'd: 19-22).
Semoga kita mampu meraih gelar mulia sebagai ulul albab agar umat dan bangsa terhindar dari krisis yang berkepanjangan akibat cahaya iman, ilmu, dan amal sudah tidak lagi bersinar terang. Kita harus pancarkan kembali sinar itu untuk menerangi kegelapan, keterpurukan, dan kehancuran. Aamiin YRA.
Wallahu a`lam bish shawab.
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Apakah Ulama itu...?