Hikmah, Quran dan Ulul Albab.

Posted by Noer Rachman Hamidi on Friday, July 17, 2015


Hikmah adalah lebih dari sekedar kecerdasan , ilmu dan pengalaman. Hikmah adalah milik prerogratif Sang Penguasa-nya, yaitu Allah sendiri dan hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendakiNya.

“Allah menganugrahkan al hikmah (pemahaman Al Qur'an) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab)  yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah, Al Qur'an)”. (QS 2:269)

Hikmah dalam tafsir Ibnu Katsir digambarkan sebagai penguasaan Al-Qur’an yang sangat mendalam. Bahkan sunnah Nabi juga disebut hikmah karena siapa lagi yang memahami dan menguasai Al-Qur’an lebih baik dari manusia teladan yang akhlaknya memang adalah Al-Qur’an ini ?

Tetapi seperti yang juga dijanjikan Allah dalam ayat tersebut di atas, hikmah juga diberikan kepada orang lain selain Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Siapa mereka ini ? Itulah yang juga disebut di ayat yang sama tersebut yaitu kepada para ulul albab – yang juga berarti para pemilik hikmah – atau mereka yang bisa melihat setiap akar persoalan. Albab adalah plural dari lubb – yang artinya adalah inti dari segala sesuatu.

Ulul albab ini disebut setidaknya 10 kali di dalam Al-Qur’an,  yaitu ditempat-tempat yang ‘menantang’ manusia yang berakal untuk berpikir. Misalnya ketika Allah menjelaskan bahwa dalam hukum qisas itu ada kehidupan, siapa yang bisa memahami ? tidak mudah bukan ? itulah para ulul albab yang bisa memahaminya (QS 2:179).

Didalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayatNya. Siapa yang bisa menangkap pesannya ? itu juga para ulul albab. Siapa mereka ini ?, yaitu orang yang terus menerus mengingat Allah ketika sedang berdiri, duduk dan bahkan sedang tiduran sekalipun. (QS 3:190-191).

Yang bisa membedakan yang baik dengan yang buruk meskipun yang buruk itu menyenangkan hati juga para ulul albab ( QS 5:10). Yang bisa memahami bahwa Al-Qur’an itu adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia juga hanyalah para ulul albab (QS 14:52). Perbedaan antara ulul albab  dengan manusia lainnya adalah seperti orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui, yang bisa menerima pelajaran dan yang tidak (QS 39:9).

Maka dengan karakter tersebut, para ulul albab atau para pemilik hikmah adalah orang-orang yang bisa menyelesaikan segala persoalan – tidak terbatas pada kecerdasan yang dimilikinya, ilmu yang pernah dipelajarinya maupun akumulasi pengalaman hidup yang telah dilaluinya.

Di Al-Qur’an ini antara lain dicontohkan dengan kisah Zulkarnain yang harus mengatasi persoalan pelik mengamankan rakyatnya yang lemah dari gangguan Yakzuz dan Makjuz (QS 18:83-97). Apakah Zulkarnain pernah membuat tembok sejenis sebelumnya ? dari mana dia belajar membuat tembok yang begitu perkasa yang akan bertahan inysaAllah sampai menjelang kiamat nanti ? Itulah hikmah yang diberikan Allah kepadanya sehingga dia bisa membuat sesuatu yang belum pernah dipelajari manusia sebelum dan sesudahnya sekalipun.

Lantas bagaimana manusia kebanyakan seperti kita-kita bisa diberi hikmah oleh Allah ? Tiada lain jalannya adalah dengan keimanan dan ketakwaan. Contoh sederhananya begini, seluruh hakim di Indonesia itu  belajar ilmu hukum yang sama – tetapi mengapa ada hakim yang bisa memutuskan perkara dengan adil, tetapi juga tidak sedikit pula yang memperjual belikan keputusannya ? apa yang membedakannya ?

Hakim yang memutusakan perkara dengan adil – itulah yang memiliki hikmah, yang lain meskipun gelar dan pangkatnya bisa jadi lebih tinggi tetapi tidak bisa adil – maka dia tidak memiliki hikmah. Hakim yang memutuskan perkara dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan, maka dia diberi hikmah untuk bisa berbuat  adil.

Konsisten dengan ini, negeri yang penduduknya beriman dan bertakwa dijanjikan oleh Allah dengan keberkahan dari langit dan dari bumi (QS 7:96), orang-orang yang bertakwa akan selalu diberi jalan keluar (QS  65:2), orang-orang yang beriman dan bertakwa – yang menggunakan AlQur’an sebagai huda – maka dia akan menjadi orang-orang yang paling unggul (QS 3:138-139)

Jadi jelaslah sebenarnya yang dibutuhkan umat ini dan negeri ini. Tidak lagi cukup para eksekutif, legislatif dan yudikatif yang bergelar serenceng – bila mereka tidak memiliki hikmah – mereka tidak akan membawa jalan keluar bagi perbagai persoalan yang ada di negeri ini.

Tetapi rakyat juga tidak bisa menyalahkan mereka, karena prasyarat keberkahan negeri justru adanya di rakyat itu sendiri seperti di surat 7:96 tersebut. Kita semua merindukan pemimpin yang memiliki hikmah. Tetapi pemimpin yang memiliki hikmah hanya lahir dari keimanan dan ketakwaannya, sedangkan pemimpin kita adalah salah satu dari kita – maka lagi-lagi mulainya juga harus dari kita.

Mudah-mudah-an dengan berakhirnya Ramadhan ini, sasaran dari puasa untuk menjadikan kita orang-orang bertakwa itu bisa bener-bener kita capai. Sehingga dengan tu Allah memberi kita hikmah untuk mampu menyelesaikan perbagai persoalan yang kita hadapi. InsyaAllah. Description: Hikmah, Quran dan Ulul Albab.
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Hikmah, Quran dan Ulul Albab.
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Hikmah, Quran dan Ulul Albab. ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : https://www.nrachman.net/2015/07/hikmah-quran-dan-ulul-albab.html

Bookmark and Share

Grafik Harga Dinar terhadap Rupiah