Learning by Doing: Ilmu, Amal dan Sebarkan.

Posted by Noer Rachman Hamidi on Wednesday, March 2, 2016

Dalam persaingan ekonomi dunia yang semakin keras, peningkatan skills secara terus menerus sudah bukan lagi pilihan – sudah menjadi keharusan. Di industri apapun Anda dan pada level apapun, Anda harus senantiasa meningkatkan ketrampilan ini bila tidak ingin tenggelam oleh pesaing Anda yang semakin canggih. Menurut laporan McKinsey beberapa tahun lalu, rata-rata tenaga kerja Indonesia harus mampu meningkatkan produktifitas 60% dan jumlahnya harus meningkat lebih dari 100% - bila ingin mengejar posisi kekuatan ekonomi no 7 terbesar dunia pada tahun 2030. Bisakah kita ?

Saya melihat ada kemungkinan kita bisa melakukan peningkatan skills yang significant ini baik dari sisi kwantitas maupun dari sisi kwalitas, bila ada terobosan baru dalam menggerakkan masyarakat secara massive untuk mau berjuang meningkatkan ketrampilannya masing-masing.

Pekerjaan yang sifatnya terstruktur, sistematis dan massive (TSM) semacam ini sering disalah pahami sebagai pekerjaan yang harus dipikul oleh institusi besar seperti partai politk atau pemerintah. Padahal di sekitar kita gerakan TSM ini terjadi sehari-hari tanpa kita sadari.

Dalam skala global misalnya – ada perubahan besar ketika orang tidak lagi mencegat taksi di jalan atau antri di antrian taksi. Dengan aplikasi  Uber Anda bisa tahu taksi yang available terdekat dengan Anda dan Anda dapat memesannya.

Orang melakukan booking tiket pesawat sampai hotel tidak lagi perlu agen perjalanan, cukup dengan smartphone yang ada digenggaman kita dalam 24 jam kita bisa memperoleh tiket kemanapun dan kapan-pun.

Saya tidak lagi perlu sering-sering ke toko buku, karena saya bisa memperoleh buku-buku terbaru yang baru terbit dari penerbit ternama global hanya dalam hitungan 4 sampai 5 hari sejak buku tersebut resmi diedarkan.

Begitu banyak perubahan dengan skala  TSM di sekitar kita yang diinisiasi oleh individual-individual cerdas dan kemudian juga diimplementasikan dengan kerja keras. Persamaan dari segala perubahan besar tersebut adalah adanya kemudahan orang untuk melakukan atau memperoleh sesuatu.

Bila kita bisa menyediakan kemudahan ini di bidang apapun, maka akan terjadi perubahan besar di bidang itu. Prinsip dasar kemudahan inilah yang akan kita terapkan dalam mendongkrak skills masyarakat kita secara TSM untuk membangkitkan kekuatan ekonomi kita seperti prediksi McKinsey tersebut di atas.

Secara konvensional peningkatan skills umumnya dilakukan di lingkungan kerja, pelatihan dan sejenisnya. Karena sifatnya yang demikian, maka proses penambahan skills itu secara umum berjalan lamban. Kalau Anda karyawan perusahaan minyak yang terancam pemutusan hubungan kerja misalnya, pasti sekarang Anda bingung karena pada skills yang Anda miliki – seluruh industrinya mengalami kecenderungan yang sama – mengurangi karyawan atau  tidak berencana menambah karyawan baru.

Alternatifnya adalah Anda harus mengusai skills baru, yang dengan itu Anda dapat mengakses berbagai peluang baru di luar bidang yang selama berpuluh tahun ini Anda tekuni. Masalahnya adalah dari mana Anda akan memulai karir baru tersebut ?

Pertama yang Anda bisa lakukan adalah memilih bidang baru yang paling Anda sukai untuk melakukannya. Ini penting, karena di peluang karir kedua ini Anda sudah tidak lagi muda – Anda butuh sesuatu yang lebih dari sekedar kerja.

Kedua adalah Anda pilih role model di bidang yang  Anda minati tersebut, siapa yang Anda anggap sukses di bidang ini dan bagaimana Anda bisa menirunya atau bahkan mengunggulinya. Lantas bagaimana Anda bisa menirunya ? paling mudah adalah kalau Anda bisa belajar langsung dari role model tersebut dan bila sang role model bersedia menjadi mentor Anda.

Kebanyakan orang-orang sukses di bidangnya ini tidak mudah untuk bisa menjadi mentor bagi orang lain, apalagi orang yang baru dikenalnya. Ini bisa karena yang bersangkutan terlalu sibuk dengan kesukesannya, tidak mau berbagi karena menganggap ini akan seperti mendididik para calon pesaing, atau sebagian besarnya karena tidak tahu bagaimana bisa berbagi.

Maka disinilah saya melihat peluangnya utuk mendongkrak massiv-nya pertumbuhan skills baik dari sisi kwantitas dan kwalitas itu bisa dilakukan. Yaitu bila kita bisa memfasilitasi – bagaimana skills-skills terbaik yang sudah dimiliki sejumlah besar tokoh di bidangnya masing-masing itu bisa di-share semudah dan seluas mungkin.

Bagi para tokoh ini akan kami ‘educate’ cara berbagi kesuksesan mereka. Bahwa berbagi skills dengan yang lain itu tidak ada kaitannya dengan sumber pendapatan atau persaingan, bahkan sebaliknya bisa meningkatkan jaringan sukses berikutnya. Lebih dari itu akan kami sediakan system dalam SkillsWhiz, yang akan menjadikan  berbagi skills itu mudah.

Kehadiran sejumlah orang sukses di perbagai bidang – yang bersedia menjadi mentor bagi orang lain yang ingin mengikuti jejaknya inilah yang akan bisa mengakselerasi pengingkatan skills secara terstruktur, sistematis dan massive itu.

Perjalanan termudah adalah berjalan mengikuti di belakang pemandu jalan yang telah terbukti menempuhnya dengan baik, inilah prinsip dasar yang sederhana dari proses mentoring itu. Hanya saja untuk proses ini bisa berjalan mudah dijaman ini, diperlukan terobosan aplikasi teknologi – agar proses ‘mengikuti di belakang’ ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Bayangkan bila negeri dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah ini bila ditopang oleh skills worker yang melimpah di segala bidang, insyaAllah negeri ini akan sangat perkasa ! Description: Learning by Doing: Ilmu, Amal dan Sebarkan.
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Learning by Doing: Ilmu, Amal dan Sebarkan.
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Learning by Doing: Ilmu, Amal dan Sebarkan. ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : https://www.nrachman.net/2016/03/learning-by-doing-ilmu-amal-dan-sebarkan.html

Bookmark and Share

Grafik Harga Dinar terhadap Rupiah