Konon menurut para ilmuwan, alam semesta ini sudah berusia sekitar 13.8 milyar tahun bila dihitung dari awal peristiwa Big Bang atau ledakan besar. Dan Wa Allahu A’lam berapa lama lagi alam semesta ini akan bertahan. Namun usia alam semesta yang sangat-sangat panjang dan dijaga dengan system keseimbangan yang sempurna ini, ternyata bisa terganggu keberadaannya oleh makhluk yang sangat kecil dan berusia sangat pendek – yaitu manusia.
Maka Allah setelah meninggikan langit – yang kemudian dalam bahasa ilmu pengetahuan manusia yang terbatas disebut Big Bang – dan menegakkan keseimbangan di antara seluruh benda-benda langit tersebut, Allah-pun berpesan kepada manusia untuk tidak mengganggu keseimbangan ini. Bahkan lebih dari itu Allah juga memerintahkan kepada manusia untuk ikut menegakkan keseimbangan itu dengan keadilan dan tidak melakukan kecurangan yang bisa mengganggu keseimbangan (QS 55: 7-9).
Diperintahkannya demikian karena terbukti manusia telah berbuat kerusakan di darat dan di laut, dan tidak ada jalan untuk memperbaikinya kecuali dengan kembali ke jalan yang ditunjukkan oleh Sang Maha Pencipta itu sendiri (QS 30:41).
Dengan apa manusia berbuat kerusakan ini ? Dengan merusak tanaman dan keturunan ( QS 2: 205), dengan berbuat curang dalam takaran dan timbangan (QS 7:85), dengan perang, dengan zat-zat kimia, dengan keserakahan dan yang tidak kalah penting juga adalah dengan riba dan produk-produk turunannya.
Dengan keserakahannya manusia menguasai sumber-sumber daya alam yang seharusnya digunakan untuk semua makhluk menjadi hanya untuk kepentingan segelintir orang, yang lain harus membayar untuk bisa ikut menikmatinya.
Penguasaan mata air dan memperjual belikan airnya adalah contoh kerusakan jenis ini yang ada sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bedanya adalah bila saat itu praktek jual beli air bisa dihentikan dengan sedekah – saat ini jual beli air itu dianggap lumrah dan belum nampak adanya pihak-pihak yang berupaya menghentikannya.
Bisa dibayangkan akibatnya sampai sekian generasi yang akan datang ? Air yang seharusnya milik semua makhluk untuk terus bisa bertahan hidup silih berganti dalam rentang usia alam semesta yang sangat panjang, terganggu oleh keserakahan manusia jaman ini – yang hanya hidup sangat-sangat sebentar dibandingkan dengan usia alam semesta itu sendiri.
Seperti seorang musafir yang tadinya hanya mampir untuk minum di suatu telaga, tetapi kemudian dia menguasai telaga itu dan menjual ke siapapun yang membutuhkan airnya untuk minum – betapa dasyat kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan ini terhadap kehidupan orang lain.
Kalau penguasaan dan jual beli air begitu jelas kaitannya dengan kerusakan atas keseimbangan di alam, bagaimana dengan riba kok sampai juga merusak alam semesta ?
Karena dengan riba harta orang kaya tidak harus berputar menggerakkan sektor riil dan memberi makan si miskin, tidak perlu dipakai untuk membiayai penanaman berbagai jenis tanaman dan pepohonan yang dibutuhkan manusia untuk makan, minum, menikmati udara sejuk dan menghirup udara bersih. Dengan riba harta orang kaya cukup ditimbun dalam tabungan atau deposito – bebas resiko – dan sudah bisa beranak pinak.
Dengan riba harta orang kaya bisa terus ditimbun di tempat-tempat yang aman dan sudah bisa bertambah, maka tidak banyak yang merasa perlu untuk menempuh resiko berpayah-payah dalam berusaha. Lapangan pekerjaan tidak tercipta secara sempurna, yang miskin bertambah miskin sedangkan yang kaya terus bisa memupuk kekayaannya.
Dengan ini bumi yang seharusnya dimakmurkan untuk mencukupi kebutuhan seluruh makhluk, menjadi bumi yang dikapling-kapling secara berlebihan untuk segelintir orang saja. Ketika penguasaan bumi hanya pada segelintir orang, maka pemanfaatannya-pun akan jauh dari kepentingan umat yang lebih banyak. Ini semua menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan di alam yang disadari atau tidak dampaknya sudah sangat luas kini.
Disinilah peluang kita ber-amal soleh dalam mengembalikan keseimbangan terbuka di depan kita yang akan menjadi tabungan amal jariyah kita sebagai solusi untuk anak cucu kita kelak, insyaAllah. Karena seribu empat ratus tahun lebih sebelum manusia modern mencemaskan tiga kelangkaan yang disebut FEW (Food, Energy and Water) atau makanan, energi dan air, Uswatun Hasanah kita telah memberikan solusinya untuk umat ini dalam sabda beliau : “Orang-orang muslim itu ber-syirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745).
Wallahu A'lam.
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Peluang Amal Soleh dalam Menjaga Keseimbangan (Pesan untuk Ananda Nisrina)