Petani sangat berpotensi makmur karena hanya dengan bekerja sedikit, hasilnya bisa sangat banyak. Dia hanya perlu menanam kurma sekali, menanam zaitun sekali, menanam anggur sekali dst. kemudian dia memanennya setiap saat sampai berpuluh tahun bahkan beratus tahun.
Oh dia juga perlu menanam padi, gandum dlsb. sekali untuk kemudian panen sekali. Tetapi lagi-lagi, dia hanya perlu menanam benih satu dua biji; hasilnya beratus biji untuk setiap benihnya. Dia tidak bisa menumbuhkannya dan juga tidak bisa membesarkannya, Allah-lah yang menumbuhkan dan membesarkannya.
Dengan begitu besarnya keterlibatan Allah dalam menumbuhkan dan membesarkan tanaman pak tani ini, maka 5 % sampai 10% zakat menjadi sangat pantas. Petani-pun seharusnya menjadi bagian dari masyarakat yang berkemakmuran tinggi.
Kenapa realitasnya tidak demikian ?, karena petani didhalimi oleh system. Dia tidak lagi menanam hanya sekedar menanam, tetapi juga harus mengeluarkan begitu banyak biaya untuk pupuk, insektisida, pestisida dlsb. Petani menjadi korban para pemasar produk-produk kimia ini.
Petani juga tidak memiliki akses pasar, hasil panenannya dibeli dengan murah oleh para tengkulak – bahkan sebagian diijon sehingga petani tidak sempat menikmati hasil panenannya sendiri. Dia menjadi korban dari system pasar yang tidak adil.
Petani juga tidak dibina untuk menanam kombinasi tanaman-tanaman yang efektif. Dia fokus ke jenis tanaman monokultur yang rentan terhadap hama dan rentan terhadap fluktuasi harga pasar ketika musim panen tiba. Petani tidak diajari menanam tanpa bantuan pupuk kimia, insektisida, pestisida dlsb.
Semoga kita bisa menjadi pembawa perubahan yang dapat membawa kemakmuran umat di negara yang hijau royo-royo ini. Amin YRA.
Agribisnis Indonesia Description: Kenapa petani Indonesia tidak mencapai kemakmuran?
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Kenapa petani Indonesia tidak mencapai kemakmuran?